KAMPUNG PASINAON, TEROBOSAN BPR MSA DAN AKUMANDIRI MERANCANG SISTEM EDUKASI UMKM KOLABORASI DENGAN DESA WISATA

Delapan belas tahun BPR MSA dirayakan secara istimewa. Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, setiap ulang tahun, mereka meletakkan satu batu pijakan (milestone) untuk meraih sesuatu di masa yang akan datang. Demikian juga pada ultah ke-18 tahun ini.

Menariknya, batu pijakan tahun ini diletakkan di tepi sungai Opak. Tepatnya di kampung wisata Gerbang Banyu Langit, Bantul. Sabtu (7/10), pada puncak acara ulang tahunnya, mereka mengenalkan “Kampung Pasinaon” sebagai MSA Education Center. Program ini didukung oleh Asosiasi IUMKM Akumandiri.

Kata Direktur Utama BPR MSA Y Triagung Pujiantoro, “Setelah 2 tahun lalu diluncurkan “MSA Digital” dan tahun lalu “MSA On Hand”, tahun ini kami mencanangkan pentingnya edukasi bagi UMKM. Bagi MSA, setelah ekosistem digital disiapkan, kini pelaku-pelaku usahanya kami dampingi dengan program-program edukasi.”

Di Kampung Pasinaon, pengunjung Gerbang Banyu Langit bisa belajar bagaimana mendirikan dan mengelola UMKM. Ada beberapa contoh UMKM yang ditampilkan di sana, di antaranya ternak kambing, budidaya lele, dan budidaya burung. Itu adalah usaha-usaha yang sudah tergabung di Parade Peluang Usaha, yakni UMKM-UMKM yang didampingi BPR MSA.

Contoh-contoh UMKM yang ada di Kampung Pasionaon itu bukan sekadar pajangan. Itu merupakan miniatur dari UMKM-UMKM yang sudah didampingi BPR MSA. Gerbang Banyu Langit sendiri sudah 5 tahun menjadi dampingan desa wisata. UMKM dan kegiatan warga sudah hidup berkat kolaborasi ini.

Kampung Pasinaon menjadi penting bagi UMKM supaya mereka yang ingin memulai usaha bisa membayangkan proses dan hasil akhir usahanya. Mereka yang masih menimbang-nimbang hendak membuka usaha apa pun bisa memilih dan berkonsultasi dengan pelaku UMKM yang sudah ada.

Sepanjang pengamatan Sinergi Indonesia turut serta mendampingi UMKM bersama BPR MSA, ada beberapa isu krusial mengapa aspek edukasi begitu penting diselenggarakan. Pertama, cara berpikir. Banyak yang keliru menganggap bahwa faktor utama membuka usaha adalah modal. Tidak. Modal bisa didapatkan dengan mudah di BPR MSA. Lalu, cara berpikir seperti apa yang mesti diluruskan? Edukasi tentang ini sangat penting.

Kedua, sistem. Banyak yang tidak tahu bahwa UMKM beda dengan pekerja mandiri (self employee). Pekerja mandiri menggantungkan penyelesaian pekerjaan pada dirinya sendiri. Sedangkan UMKM jika ingin berkelanjutan mau tidak mau membangun sistem: produksi, pemasaran, keuangan, dan pengelolaan SDM. Sistem ini yang membuat UMKM naik kelas dan kemudian layak dimodali oleh perbankan (bankable).

Ketiga, teknologi. UMKM saat ini tidak boleh tidak memanfaatkan teknologi. Tidak bisa lagi dikelola secara tradisional. Teknologi memungkinkan efisiensi proses, optimalisasi hasil, dan perluasan jangkauan. Dan teknologi tidak selalu mahal. Banyak teknologi yang tersedia sudah sangat terjangkau oleh UMKM. Yang terang, teknologi menjadikan UMKM bisa stabil dan standar. Kelak, ini prasyarat naik ke level industri.

Maka, menurut Hermawati Setyoriny, Ketua Umum DPP Akumandiri, terobosan yang dilakukan BPR MSA sangat tepat. “Menurut saya, MSA bukan sekarang melampaui batas. Sejak dulu sudah melampaui batas. Dan MSA hebat, sangat nguwongke UMKM. Jiwa UMKM mereka super duper luar biasa. Mereka punya tim internal dan ahli-ahli UMKM yang luar biasa berkolaborasi. Menurut saya, BPR MSA saatnya terbang lebih tinggi,” ujarnya.

Dalam kesempatan meninjau Kampung Pasinaon, Bu Rini–demikian ia biasa dipanggil, juga menyampaikan, Akumandiri juga selalu siap mendukung program-program BPR MSA mendampingi UMKM. Katanya, “Apa yang dikerjakan BPR MSA selaras dengan visi-misi Akumandiri dalam menaikkan kelas UMKM. Kita perlu berkolaborasi untuk membentengi bangsa ini dari serbuan produk luar negeri yang begitu deras. Caranya ya dengan memperkuat UMKM.”(AA Kunto A/Sinergi Indonesia)

Sumber: sinergiindonesia.com