Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Bagi Pelaku UMKM

UMKM menjadi sektor yang paling terdampak pandemi COVID-19. Seperti apa kebijakan-kebijakan yang dihadirkan pemerintah untuk mendorong UMKM agar bisa bangkit kembali? Berikut hasil tanya jawab dengan Ketua Asosiasi Industri UMKM AKUMANDIRI Sulsel, Bahtiar Baso dalam kegiatan Pertunjukan Virtual Kesenian Rakyat Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Kemkominfo dan RRI Makassar, Rabu, 24 Maret 2021.

Bagaimana dengan kebijakan pemulihan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dan seperti apa efeknya ke pelaku UMKM?

Memang kondisi sekarang menarik. Di tahun 2020 kita diperhadapkan dengan dua pilihan yang sulit. Di sisi lain kita diharuskan untuk menjaga ekonomi, namun di sisi lain kita harus menjaga kesehatan. Bahkan orang Makassar sampai bilang lebih baik saya mati karena COVID-19 daripada mati kelaparan. Makanya ini penting sekali.

Selama pandemi sudah banyak sekali program pemerintah, khususnya berkaitan dengan program pemulihan ekonomi, baik itu bantuan modal, keringan pajak dan lainnya. Hal tersebut sudah dijalankan pemerintah dan sampai hari ini program tersebut sangat membantu pelaku usaha yang boleh dikatakan mati tidak hidup juga tidak.

Kondisi saat ini sudah mulai membaik. Pemerintah menargetkan Sulawesi Selatan bisa kembali menjadi Provinsi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terbaik di Indonesia. Kita optimis pertumbuhan ekonomi Sulsel di 2021 bisa berada di angka 6 persen.

Program yang kita lakukan cukup banyak. Kehadiran UU Cipta Kerja juga sangat menarik. Ada banyak pasal yang berhubungan dengan UMKM dan Koperasi. Itu hal yang penting.

Di asosiasi kita mendorong bagaimana proses identifikasi pelaku usaha kita seperti apa, kondisinya dan keadaan permodalannya seperti apa. Kita harap UMKM kita di sektor-sektor unggulan bisa mendapatkan bantuan yang lebih besar.

Selebihnya kembali ke pelaku usaha. Ekonomi bukan hanya milik satu dua orang. Semua pihak kita harap bisa terlibat, termasuk pelaku asosiasi, pemerintah dan lainnya utamanya dalam proses digitalisasi. Sebab, terima atau tidak COVID-19 itu nyata. Kita harus menyesuaikan dengan kehidupan yang baru dimana proses interaksi kita antar manusia mulai ada batasan. Sehingga kita mendorong proses digitalisasi bisa tumbuh tidak hanya di sektor pemasaran tapi di semua sektor seperti produksi, finance dan segala macam.

Kita harus optimis, selama masyarakat kita taat dan patuh, pemerintah juga bisa berjalan bersama masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan.

Di ekonomi pun kita terus dorong, bagaimana pelaku usaha kita, khususnya mungkin berkaitan dengan misalnya memberikan kuota yang lebih besar kepada pelaku UMKM untuk bisa terlibat di belanja pemerintah, itu penting.

Selain itu, kita juga bisa melibatkan pelaku UMKM dalam rantai pasok industri. Sebab, ada yang menarik dalam UU Cipta Kerja. Klasifikasi pelaku usaha mikro adalah mereka yang omzetnya kurang dari Rp2 miliar. Artinya, terjadi perubahan. Persaingan di kelas mikro lebih terbuka.

Ke depan semua pihak harus ikut terlibat karena nantinya pertarungannya akan banyak tersaji di bisnis pasar antar pelaku mikro. Geliat ekonominya akan ikut bertumbuh.

Terkait pelaku usaha mikro, kita tidak bisa menutup mata juga, terlebih di daerah apalagi anda sealku ketua asosiasi UMKM di Sulsel, berapa banyak di antara mereka yang belum bisa memanfaatkan teknologi di tengah pandemi? Bagaimana mereka bangkit atau bahkan ada yang belum bisa bangkit sama sekali.

Daerah boleh di kata memang terbatas dari fasilitas akses internet. Tapi ada hal positif yang muncul pada kondisi pandemi seperti sekarang ini. Teman-teman pelaku usaha di daerah akan berkurang saingannya. Dengan adanya keterbatasan akses, seharusnya menjadi pendorong teman-teman di daerah menjadi penyedia atas kebutuhan-kebutuhan pasar di daerahnya sendiri. Ini yang menarik.

Memasuki era digital membuka kita untuk bisa bertarung lebih luas lagi. Kita harap, selain pemerintah menyiapkan akses yang lebih luas untuk mendorong peningkatan usaha, pelaku usaha juga kita upgrade untuk meningkatkan kualitasnya.

Terlebih pada motivasi para pelaku usaha. Saat ini banyak yang tidak jalan karena mereka bingung mau bikin apa. Kemarin kita coba akselerasi, kembangkan inovasi, kita coba arahkan untuk berpindah ke model bisnis yang lain. Kondisi hari ini UMKM harus berkonsolidasi untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Pemerintah juga bisa mendorong bagaimana pengembangan inovasinya. Apalagi pemerintah saat ini sangat mendukung, sisa masyarakat kita bagaimana menyambut itu.

Apakah saat ini masih ada pelaku usaha yang mengatakan belum bisa bangkit?

Mereka yang tidak bisa bangkit mayoritas hanya karena persoalan modal yang telah habis saat awal pandemi. Kita tak bisa salahkan karena memang covid ini tidak punya batasan waktu. Kita tidak tahu kapan ini akan berakhir. Sehingga ada beberapa teman-teman yang telat menganalisa resiko yang terjadi. Saat ingin bangkit mereka butuh rangsangan. Oleh karena itu, kita harap pemerintah bisa merangsang. Kita di Asosiasi hanya bisa mengidentifikasi tinggal kita dorong ke pemerintah melalui program-program bantuan.

Meskipun sudah ada stimulus dari pemerintah pusat bahkan pemerintah daerah tapi tetap butuh sesuatu yang lebih spesifik lagi untuk membantu para pelaku.

Memang banyak stimulus yang dihadirkan pemerintah tapi tidak semua para pelaku usaha dapat mengaksesnya. Masih banyak yang belum dapat, sehingga kita harap di 2021 model stimulus masih berjalan agar mereka yang tidak dapat tahun lalu bisa mengaksesnya di tahun ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *